Senin, 27 Oktober 2014

Wacana yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah




1. Wacana pada Tataran Ilmiah
Wacana pada tataran Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis    yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis.

Dalam tataran ilmiah, bahasa Indonesia sangat wajib diperlukan terutama dalam penulisan karya ilmiah, sehingga bahasa yang baik dan benar sangat diperlukan agar pemahaman bahasa dalam satu paragraph ke paragraph lainnya dapat dimengerti.

Bahasa indonesia yang baik seharusnya sudah di tanamkan sejak dini, agar anak-anak dapat berbahasa dengan baik dan sopan. Sekarang ini kebanyakan bahasa telah mulai dipersalahgunakan oleh banyak orang, yang menggunakan bahasa tersebut tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan kerancuan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, sebaiknya sejak dini kita harus membiasakan diri menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga pemanfaatan bahasa dapat di rasakan dengan baik oleh semua pihak.

Jenis karangan ilmiah yaitu:
Makalah                    : karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
Kertas kerja             : makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
Skripsi                       : karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
Tesis                          : karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
Disertasi                   : karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.


2. Wacana pada Tataran Semi Ilmiah
Wacana pada tataran semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif.

3.Wacana pada Tataran Non Ilmiah
Wacana pada tataran Non Ilmiah (Fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan non-ilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.


4. Karangan Singkat Mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia di Lingkungan Keluarga
Keanekaragaman bahasa di Indonesia cukup menarik, setiap wilayah di seluruh penjuru Indonesia, masing masing mempunyai cirri khas logat bahasa yg berbeda, seperti pada daerah medan yg logat iramanya cukup lantang, sedangkan di daerah jawa mempunyai ciri khas suara yg halus dan lembut.
Terkadang penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga tidak menggunakan eyd (ejaan yang disempurnakan), sehingga sering kali dalam ruang lingkup keluarga terjadi percakapan percampuran antara bahasa indonesia dengan bahasa daerah setiap keluarga. Contohnya disini saya akan mengutik kata kata yang biasa digunakan di dalam ruang lingkup keluarga saya:
Bapak             : Sidiqq……!
Saya               : Ndalem paaakk? (arti “Ndalem paaakk?”pada bahasa Indonesia adalah “Ada apa bapak?”)
Bapak             : Kamu mau kemana keluyuran malam malam? (Arti kata keluyuran adalah bepergian)
Saya               : Sidiq mau main kerumah teman dulu.