1.
Wacana pada Tataran Ilmiah
Wacana pada tataran Ilmiah adalah
tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat
bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
sintesis-analitis.
Dalam tataran ilmiah, bahasa
Indonesia sangat wajib diperlukan terutama dalam penulisan karya ilmiah,
sehingga bahasa yang baik dan benar sangat diperlukan agar pemahaman bahasa
dalam satu paragraph ke paragraph lainnya dapat dimengerti.
Bahasa indonesia yang baik
seharusnya sudah di tanamkan sejak dini, agar anak-anak dapat berbahasa dengan
baik dan sopan. Sekarang ini kebanyakan bahasa telah mulai dipersalahgunakan
oleh banyak orang, yang menggunakan bahasa tersebut tidak pada tempatnya
sehingga menimbulkan kerancuan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, sebaiknya
sejak dini kita harus membiasakan diri menggunakan bahasa yang baik dan benar
sehingga pemanfaatan bahasa dapat di rasakan dengan baik oleh semua pihak.
Jenis
karangan ilmiah yaitu:
Makalah : karya tulis yang menyajikan suatu
masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat
empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti
karangan).
Kertas kerja : makalah yang memiliki tingkat analisis lebih
serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
Skripsi : karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
Tesis : karya tulis ilmiah yang sifatnya
lebih mendalam daripada skripsi.
Disertasi : karya tulis ilmiah yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data
dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.
2. Wacana pada Tataran Semi Ilmiah
Wacana pada tataran semi-ilmiah
adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa
semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang
kadang-kadang subjektif.
3.Wacana pada Tataran Non Ilmiah
Wacana pada tataran Non Ilmiah
(Fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang
berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak
boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik,
klimaks, setting dsb.
Ciri-ciri
karangan non-ilmiah:
a.
ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b.
fakta yang disimpulkan subyektif,
c.
gaya bahasa konotatif dan populer,
d.
tidak memuat hipotesis,
e.
penyajian dibarengi dengan sejarah,
f.
bersifat imajinatif,
g.
situasi didramatisir, dan
h.
bersifat persuasif.
4. Karangan
Singkat Mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia di Lingkungan Keluarga
Keanekaragaman
bahasa di Indonesia cukup menarik, setiap wilayah di seluruh penjuru Indonesia,
masing masing mempunyai cirri khas logat bahasa yg berbeda, seperti pada daerah
medan yg logat iramanya cukup lantang, sedangkan di daerah jawa mempunyai ciri
khas suara yg halus dan lembut.
Terkadang
penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga tidak menggunakan eyd (ejaan
yang disempurnakan), sehingga sering kali dalam ruang lingkup keluarga terjadi
percakapan percampuran antara bahasa indonesia dengan bahasa daerah setiap
keluarga. Contohnya disini saya akan mengutik kata kata yang biasa digunakan di
dalam ruang lingkup keluarga saya:
Bapak : Sidiqq……!
Saya : Ndalem paaakk? (arti “Ndalem
paaakk?”pada bahasa Indonesia adalah “Ada apa bapak?”)
Bapak : Kamu mau kemana keluyuran malam
malam? (Arti kata keluyuran adalah bepergian)
Saya : Sidiq mau main kerumah teman
dulu.